Belajar Sejak Sekarang

Table of Contents


Jangan pernah berkata, “Selagi saya muda.” Memang, yang mengatakan kita masih muda atau tidak adalah usia kita. Namun, itu bukanlah hal mutlak yang dapat dijadikan tolak ukur.
Ketika kita muda, kita beranggapan segalanya menjadi mudah. Mudah untuk mengubah segala keadaan yang ada. Mudah untuk jatuh cinta, mudah untuk membenci, mudah untuk merasa bahagia, mudah merasa sedih, dan lain-lain.
Saat muda, kita mudah merasa benci pada seseorang. Kemudian kita membatin, “Toh besok akan baikan.” Saat itu, kita begitu yakin hari esok akan tiba. Kita percaya bahwa batin kita masih kuat untuk berbaikan dengan orang yang kita benci. Selain itu, kepercayaan itu tidak salah. Memang, ketika kita muda, batin kita dapat kita tempa sekeras-kerasnya. Kita akan sanggup berbaikan dengan rival kita sekalipun.
Ketika kita sudah tua, mengubah keadaan menjadi lebih sulit. Jika kita terlanjur merasa benci pada seseorang, perasaan itu akan terus terbawa sampai di saat-saat kritis hidup. Tidak percaya, aku telah menjadi saksi tentang betapa sulitnya mengubah perasaan ketika kita tidak lagi muda.
Orang tua sering berpesan, “Belajar yang rajin selagi muda.” Jangan hanya belajar hal-hal yang jelas berguna untuk masa depan. Hal-hal tersebut misalnya akademik, olahraga, masak, melipat baju, bersih-bersih rumah, dan lain-lain. Ingatlah untuk belajar tidak pernah membenci. Ingatlah untuk selalu melihat keadaan dari sisi positifnya. Kalaupun sekarang ada benci di hati, segera belajar untuk menghilangkan dan menolaknya.
Jangan pernah bermain-main dengan rasa benci atau perasaan negatif apapun. Sekeras apapun kita berusaha menempa perasaan kita ketika sudah tua, hal itu hanya sia-sia belaka. Hati ini akan menjadi bebal, jangan menyangkal itu. Aku pun ingin tidak percaya bahwa hati ini akan menjadi bebal. Namun, aku pun telah menjadi saksi bahwa hati kita ketika tua sama persis dengan hati yang kita latih sejak sekarang.

Posting Komentar